Senin, 19 September 2011

Seorang Guru, Sayat Diri Gara-gara Pungli

TEMPO Interaktif, Brebes - Sartono menyayat lengan, dada, dan wajahnya dengan silet. Darah pun mengucur dari tubuhnya. Sejumlah pegawai kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang ngeri melihatnya menjerit-jerit. Mereka minta mantan guru sekolah menengah atas Pusponegro itu menghentikan aksinya.
Namun dia tak menghiraukan permintaan itu. Dia tetap melukai tubuhnya. “Rasa sakit sayatan silet ini tak seberapa dibanding dengan kepedihanku atas kejujuranku yang tak dianggap oleh aparat dan pejabat daerah,” ujar Sartono saat melakukan aksi protes di halaman kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Brebes, Senin, 19 September 2011.
Sartono sengaja mencurahkan rasa kekecewaannya dengan cara ekstrem. “Ini sengaja saya lakukan agar mereka yang bertangung jawab atas pungli dan sejumlah kasus di dinas pendidikan melek matanya,” ujarnya penuh emosi.
Bukan hanya menyayat anggota badan, aktivis antikorupsi di Kabupaten Brebes ini berencana melakukan aksi mogok makan hingga 9 hari mendatang. Aksi itu bertepatan dengan momentum pelatihan untuk memenuhi persyaratan sertifikasi guru yang pernah dilakukan pada tahun 2009 lalu. “Sengaja saya peringati pelaksanaan pelatihan ini dengan aksi nekat, ini bentuk keprihatinan saya,” kata Sartono.
Aksi yang dilakukan Sartono ini terkait dengan kekecewaannya atas pengaduan dugaan pungutan liar terhadap 339 guru bersertifikat yang lolos sertifikasi profesi pada 2009.
Sartono menuding satuan perangkat dinas pendidikan Kabupaten Brebes telah menarik pungutan liar guru penerima sertifikat masing-masing honor satu bulan tunjangan atau senilai Rp  2,5 juta. “Itu belum pungutan pengumpulan data sebagai syarat dan penerimaan sertifikat masing-masing Rp 40 ribu dan Rp 85 ribu,” ujarnya.
Saat itu ia telah mengadukan kasus ini ke Kepala Daerah, termasuk ke polisi melalui pengaduan resmi. Namun langkah yang ia lakukan belum juga direspons. Dia justru dipecat dari yayasan tempat ia mengajar, sehingga tak mampu menggunakan sertifikat profesi guru untuk mendapatkan honor dari pemerintah.
Asisten I Sekretaris Daerah Kabupaten Brebes Muhammad Supriyono menyatakan prihatin. Ia meminta agar aksi melukai diri sendiri ini bisa dihentikan. “Ini merugikan diri sendiri, tak baik dilakukan. Apa lagi berada tepat di pintu masuk kantor Bupati,” ujar Supriyono.
Ia meminta agar Sartono menunjuk langsung pelaku pungutan, termasuk korban pungutan sertifikasi guru untuk diproses oleh Bupati langsung. “Ini biar jelas siapa yang melakukan dan layak mendapat hukuman,” katanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar