TEMPO Interaktif, Brebes -
Sartono menyayat lengan, dada, dan wajahnya dengan silet. Darah pun
mengucur dari tubuhnya. Sejumlah pegawai kantor Sekretariat Daerah
Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, yang ngeri melihatnya menjerit-jerit.
Mereka minta mantan guru sekolah menengah atas Pusponegro itu
menghentikan aksinya.
Namun dia tak menghiraukan
permintaan itu. Dia tetap melukai tubuhnya. “Rasa sakit sayatan silet
ini tak seberapa dibanding dengan kepedihanku atas kejujuranku yang tak
dianggap oleh aparat dan pejabat daerah,” ujar Sartono saat melakukan
aksi protes di halaman kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Brebes,
Senin, 19 September 2011.
Sartono sengaja mencurahkan
rasa kekecewaannya dengan cara ekstrem. “Ini sengaja saya lakukan agar
mereka yang bertangung jawab atas pungli dan sejumlah kasus di dinas
pendidikan melek matanya,” ujarnya penuh emosi.
Bukan
hanya menyayat anggota badan, aktivis antikorupsi di Kabupaten Brebes
ini berencana melakukan aksi mogok makan hingga 9 hari mendatang. Aksi
itu bertepatan dengan momentum pelatihan untuk memenuhi persyaratan
sertifikasi guru yang pernah dilakukan pada tahun 2009 lalu. “Sengaja
saya peringati pelaksanaan pelatihan ini dengan aksi nekat, ini bentuk
keprihatinan saya,” kata Sartono.
Aksi yang dilakukan
Sartono ini terkait dengan kekecewaannya atas pengaduan dugaan pungutan
liar terhadap 339 guru bersertifikat yang lolos sertifikasi profesi
pada 2009.
Sartono menuding satuan perangkat dinas
pendidikan Kabupaten Brebes telah menarik pungutan liar guru penerima
sertifikat masing-masing honor satu bulan tunjangan atau senilai Rp
2,5 juta. “Itu belum pungutan pengumpulan data sebagai syarat dan
penerimaan sertifikat masing-masing Rp 40 ribu dan Rp 85 ribu,”
ujarnya.
Saat itu ia telah mengadukan kasus ini ke Kepala
Daerah, termasuk ke polisi melalui pengaduan resmi. Namun langkah yang
ia lakukan belum juga direspons. Dia justru dipecat dari yayasan
tempat ia mengajar, sehingga tak mampu menggunakan sertifikat profesi
guru untuk mendapatkan honor dari pemerintah.
Asisten I
Sekretaris Daerah Kabupaten Brebes Muhammad Supriyono menyatakan
prihatin. Ia meminta agar aksi melukai diri sendiri ini bisa dihentikan.
“Ini merugikan diri sendiri, tak baik dilakukan. Apa lagi berada tepat
di pintu masuk kantor Bupati,” ujar Supriyono.
Ia
meminta agar Sartono menunjuk langsung pelaku pungutan, termasuk korban
pungutan sertifikasi guru untuk diproses oleh Bupati langsung. “Ini
biar jelas siapa yang melakukan dan layak mendapat hukuman,” katanya.